Jazakumulloh ikhwah fillah terlebih para asatidz.
Mereka yang telah berjasa dalam memberika pengajaran tentang cahaya terang
kepada umat diperadaban ini. Memancarakan ketegasan sikap diatas keyakinan yang
kuat. Syaikhul Tarbiyah Ustd Rahmat Abdullah memberika pengajaran kepada
khalayak. “Alangkah mudahnya mengekar huruf-huruf sejarah. Alangkah panjangnya
menenpuh jalan, jurang, ngarai, tebing dan pendakian sejarah yang harus
dilalui. Yang ini menengok sekejap ke masa lalu dan yang itu memandang jauh ke
depan, seraya menguatkan azam megasah akal”.
Yakin lah dahulu umat ini punya kisah emasnya. Menguasai
sepertiga dari belahan bumi ini. Sejarah emas yang tak pernah terhapus dari
tinta sejarawan yang tsiqoh di jalannya, tinta para Ulama yang menggambarkan
betapa masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdul Aziz membuka mata peradaban,
betapa tak butuhnya Umat ini dengan harta, sangking kayanya iman dan
bergelimpahan harta maka tak ada orang yang mau menerima Zakat. Konon sang
zakat diberikan ke non-Muslim dibelahan bumi Ethiopia sana. Kini sejarah emas
itu masih tetap mengharum di Abad 21 ini.
Produk sejarah Islam tak pernah kehabisan stoknya,
seharusnya kita takjub pada kitab pedoman Islam. Ber abad-abad yang lalu di
turunkan, tapi masih tetap terjaga sampai sekarang. Tak ada tangan makhluk pun
yang dapat merubahnya. Sampai sekarang masih sama seperti yang dulu ia awali
dari surat yang berjumlah 114, pembuka surat yakni Al-Fatihah dan di akhiri
dengan surat An-Nas. Jumlah ayatnya menurut pendapat Ulama Mekah ialah 6219
ayat, menurut Ulama Kufah berjumlah 6236, menurut Ulama Basra berjumlah 6204
ayat dan menurut pendapat Ulama Syam berjumlah 6226 atau 6225 ayat. Ada
beberapa perbedaan pendapat ini disebabkan adanya perbedaaan beberapa waqaf
(tempat berhenti). Jumlah kata dalam Al Quran menurut pendapat Atha’ ibn Yasar
77,439, sedangkan hurufnya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Salam Abu
Muhammad al-Hamamani sebanyak 340.740 huruf.
Keterjagaan sejarah peradaban Islam membuat kita tak
bisa lagi membantahnya. Beribu-ribu otak merekamnya, sampai detil dan tanda
huruf baca. Keagungannya saat ini masih terasa bagi bibir mereka yang langganan
setiap harinya. Tak kan tertandingi karena yang tak tahu artinya pun bisa
menghafal banyak baginya tanpa cela. Yang menjadi penasehat pribadi, sarana
curahkan isi hati, berbincang mesra pada Khaliq-Nya, dan mengambil semangat
daya jiwa. Ia Al Quran menjadi nutrisi bagi tubuh manapun yang lunglai. Menjadi
syifa untuk yang sakit, menjadi Oase di tengah gersangnya perjalanan. Usman ibn
Affan mengatakan “seandainya ada iman di dalam diri, maka ia tidak akan pernah
bosan membaca Al Quran”.
Al
Quran diturunkan dengan metode pengajaran terbaik yang pernah ada, tak cukup
agung menggambarkannya. Diturunkan kepada orang yang bermental pengalaman,
secara berangsur-angsur, perlahan dan teratur. Disesuaikan dengan kejadian,
selama 22 tahun, 2 bulan, 12 hari menurut pendapat yang paling kuat.
“Dan Al Quran itu Kami turunkan secara
berangsur-angsur, agar kamu membacanya perlahan-lahan kepada manusia. Dan kami
menurunkannya bagian demi bagian” (Al Isra’ 106).
Ini
bukan perkataan manusia karena ia mengandung makna dengan standar bahasa Arab
yang jelas, segala salinan dan terjemahan dapat di koreksi. Terjamin
ke-Oriannya.
“dan
sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Rabb Semesta Alam. Dan di
bawa turun oleh Ar Ruh Al Amin –Jibril- ke dalam hatimu –Muhammad- agar kamu
menjadi salah satu di antara para pemberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang
jelas” (Asy Syu’ara 192-195).
Sekiranya
masih tetap saja ada yang meragukan sebagai bukti, Alloh berkehendak
menurukannya kepada seorang yang ummi (tak mengerti baca tulis). Membuka
cakrawala pembacanya tentang wajah Islam yang Syamil, jauh dari paradoks
seperti kitab ‘suci’ yang lain. Pembesar Quraisy bahkan ia disebut Cendikiawan
besar Quraisy, Al Walid ibn Almughirah, seorang yang paling tahu kebenaran Al
Quran, namun ia juga yang mendustakan pernah megatakan “sungguh Al Quran ini
mengandung kenikmatan dan keindahan. Bagian atas mengulurkan buah dan bagian
bawah memberi kesuburan... ini bukan perkataan manusia!”. Bahkan banyak yang
kita tahu dari sejarah peradaban, bahwa ketika Al Quran di bacakan dihadapan
para pembesar-pembesar, bahkan raja dan kaisar mereka jatuh, tersentak dan
menangis karena kebenaran yang disertakan oleh Al Quran.
“Alloh telah menurunkan perkataan yang paling baik,
Al Quran yang serupa (kualitas Ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Gemetar
karnanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian tenang kulit dan
hati mereka waktu mengingat Alloh...” (Az Zumar 23).
Ada
jutaan lisan yang melafalkannya tiap hari. Ia bisa diselesaikan lengkap 30 juz
dalam satu raka’at sholat malam seperti yang dilakukan Tamim ibn Aus Ad Dariy.
Atau seperti Imam Asy-Syafi’i yang menghatamkan dua kali sehari dalam
Ramadhannya atau kita mengenalnya 60 kali katam pada bulan Ramadhan. Para
generasi Salaf mereka adalah orang orang yang mengetahui betapa berharganya Al
Quran. Al Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari menghatamkan Al Quran pada siang
bulan Ramadhan setiap harinya dan setelah melakukan sholat tarawih beliau
menghatamkan setiap tiga malam sekali. Al Imam Sufyan Ats-Tsauri jika datang
bulan Ramadhan beliau meninggalkan manusia dan mengkonsentrasikan diri untuk
membaca Al Quran. Ia bisa selesai dalam satu hari seperti Salaful ummah melalui
hari-hari Ramadhannya. Tiga hari, tujuh hari, sepuluh hari, dan sebulan adalah
jenjang-jenjang yang lebih mulia untuk waktu pengkhtaman berikut.
“dan
sungguh, telah kami mudahkan Al Quran untuk pengingat, maka adakah orang yang
mau mengambil pelajarannya?” (Al Qomar 32)
Baik
lah ikhwah fillah, atas nikmat-Nya kita kenal Islam, kenal Al Quran. Sungguh
tak cukup rasanya membeberkan apa saja yang telah Alloh beri nikmat ke makhluk
yang fakir ilmu ini. Bahkan dengan mengucap ‘Alhamdulillah’ seumur hidup pun
masih jauh dari keberlimpahan Rahmat yang Alloh karuniakan. Semoga kita bisa
menjadi sahabat yang hari-harinya selalu mengingatkan. Smoga bisa jadi nutrisi
bagi kita yang perduli...
ditulis oleh: Andi Wirman Moeslem (Anggota Humas Rois Feb Unila)